Mulut
adalah alat agar kita dapat berinteraksi dengan semua manusia. Tanpa mulut kita
akan sulit untuk berinteraksi. Mulut akan selalu menghiasi kehidupan kita dalam
lingkungan masyarakat. Kata demi kata akan menghasilkan sebuah ucapan yang
bervariasi. Semakin banyak aktivitas mulut yang dilakukan maka semakin banyak
pula ucapan yang dilontarkan.
Namun
perlu kita tahu bahwa ucapan adalah pengendali dalam sebuah hidup. Besar
kecilnya ucapan maka akan sangat berpengaruh dalam kehidupan. Tidak hanya itu
baik buruknya sebuah ucapan akan merubah segalanya. Sekalipun kita sudah
mengucapkan satu kata maka kata tersebut tidak akan bisa kita tarik kembali. Maka
ucapan perlu kita control agar tidak terjadi kesalahan.
Satu
kesalahan dalam berucap maka akan menimbulkan bertambahnya kembali kesalahan-
kesalahan yang baru. Perkataan atau ucapan yang baik adalah suatu kebiasaan
yang kita lakukan. Begitupun dengan perkataan yang buruk, tidaklah terlepas
dari yang namanya kebiasaan. Hasil persentase kerja mulut dalam melontarkan
kata- kata yang baik 90% telah diolah terlebih dahulu oleh otak dengan berbagai
pertimbangan yang ada sebelum dikeluarkan dari mulut. Akan tetapi sayang sekali hanya sekita 10% ucapan atau
perkataan buruk datang secara tiba- tiba dan dikeluarkan secara otomatis atau
reflek tanpa perlu pemikiran dan pertimbangan otak terlebih dahulu. Hal ini
biasanya dalam masyarakat bisa disebut ucapan tanpa disengaja.
Tapi
sengaja tidak disengaja semua itu sudah terlanjur di lontarkan. Sehingga
otomatis itu semua sudah merubah kehidupan kita. Siapa yang tahu ucapan yang
kecil itu bisa berakibat datangnya ucapan yang lebih besar lagi. Memang ada
sebuah peribahasa yang intinya kita harus belajar dari sebuah kesalahan. Disini
jelas peribahasa tersebut menjelaskan agar kita tidak lagi mengulangi kesalahan
yang telah kita lakukan di masa lampau atau hari kemarin. Namun siapa yang bisa
menjamin orang tersebut tidak akan mengulanginya lagi. Sulit jika kita hanya
berkata seperti itu. Kecuali ada seseorang yang akan mengawasi perkataan kita
selama 24 jam dalam sehari mungkin saja bisa.
Gambaran
diatas adalah sedikit penjelasan tentang sebuah ucapan dalam kehidupan kita
sehari- hari. Yang harus kita control karena kitalah pemilik mulut tersebut.
Sehingga kita yang bertanggung jawab atas mana yang harus dikeluarkan dan tidak
boleh dikeluarkan oleh mulut.
Pembahasan
kali ini menyangkut bahayanya sebuah ucapan terhadap kesehatan kita. Tentu saja
pasti banyak yang bertanya apa kaitannya sebuah ucapan dengan kesehatan. Perlu
kita ketahui sehat tidaknya diri kita bisa datang dari sebuah timbal balik atas
ucapan yang kita lontarkan kepada orang lain. Saya ambil contoh dalam kehidupan
sehari- hari. Pernahkah kita bercanda dengan orang lain? Pasti semua pernah
mengalaminya. Baiklah jika kita bercanda dengan teman bermain kita sehari-
hari. Mungkin dia sudah terbiasa dan akan membalas bercandaan kita. Nah,
pertanyaanya disini apakah teman yang kita ajak bercanda akan sakit hati atas
lontaran kata kita. Tentu saja hasil persentasenya 9:1 dimana yang 9 itu memang
atas dasar keinginan bersama dan yang 1 lagi atas ketidaksengajaan. Yang 1 ini
mungkin teman kita akan memakluminya karena atas dasar ketidaksengajaan.
Tapi
bagaimana jika kita baru mengenal seseorang yang kita temui di sebuah
persimpangan jalan atau tempat yang lainnya. Lalu kita mengajak bercanda orang
tersebut. Kita anggap itu biasa saja jika bercandanya itu sewajarnya. Tapi
bagaimana jika kita sudah kelewatan dalam bercanda apalagi baru saja kenal. Pastinya
orang tersebut akan merasa sakit hati. Inilah yang sangat berbahaya untuk
kehidupan kita. Semakin sering kita melukai hati seseorang dengan ucapan kita
maka kesehatan kita akan terancam. Baik buruknya seseorang ada pada ucapannya.
Serta dia dapat menempatkan ucapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Mari
kita lanjutkan kembali cerita tersebut. Ketika orang itu mulai sakit hati maka
dia akan mengucapkan sesuatu dalam hatinya. Yang jelas perkataanya dalam hati
itu adalah ucapan buruk pula. Ingat juga kita ini hidup dalam kehidupan nyata
dan gaib. Gaib disini bukanlah seputar dunia hantu atau syetan. Melainkan para
malaikat yang berada disamping kita, kanan dan kiri. Kanan dan kiri disini
adalah malaikat pencatat amal baik dan buruk. Malaikat ini bisa mendengar
ucapan dalam hati kita. Ketika orang tersebut berkata buruk pula pada orang
yang mengajak dia bercanda walaupun hanya dalam hati. Itu akan menjadi sebuah
senjata untuk orang yang menyakitinya. Senjata disini adalah menjadi sebuah
doanya para malaikat.
Tidak
masalah jika doanya baik untuk orang yang
mengajak bercanda. Bagaimana jika buruk? Maka tunggulah kedatangan doa
tersebut. Jika dia berdoa agar kita sakit atau mendapat musibah maka tidak ada
yang tidak mungkin kita akan mendapat musibah tersebut. bagaimana jika kita
mendapat musibah kecelakaan dan sejenisnya. Selesailah hidup kita didunia ini. Maka
segeralah minta maaf sebelum doa buruk itu terkabul. Karena itu yang bisa
menghentikannya dan menyelamatkan kita dari azab Allah Ta’ala.
Maka
dari itu mulailah dari sekarang untuk memperbaiki ucapan kita kepada siapapun.
Karena yang dapat mengontrol ucapan kita hanyalah kita sendiri. Bukan orang
lain atau orang yang kita cintai. Semoga pembahasan ini bermanfaat bagi yang
membacanya.