![]() |
nabi muhammad saw |
Apa
kabar sahabat Kejasroh. Akhirnya kita bisa bertemu kembali di artikel kali ini.
Sudah lama kami tidak melanjutkan tentang kisah baginda Rasulullah Saw. Pasti
rekan- rekan semua sangat menantikan kelanjutan ceritanya. Tenang saja kini
kami akan berbagi kembali melanjutkan cerita yang sebelumnya. Cerita ini cukup
panjang sehingga kami akan melanjutkannya. Silahkan menyimak ceritanya.
Pionir-
Pionir Hijrah
Setelah
selesai bai’at Aqabah kedua, dan setelah islam mendapatkan wilayah yang siap
menampung mereka. Maka sejak saat itu Rasulullah Saw mengizinkan para
sahabatnya berhijrah ke Madinah.
Tantangan
hijrah sangatlah berat. Para sahabat harus menanggung berbagai macam resiko
agar dapat hijrah. Ada yang meninggalkan sanak saudaranya, hartanya, bahkan ada
yang terancam jiwanya. Belum lagi meninggalkan kampung halaman yang sudah pasti
berat bagi setiap orang.
Namun
demikian satu persatu, kaum muslimin berhasil melakukan hijrah ke Madinah.
Mereka umunya pergi berkelompok- kelompok dan dengan sembunyi- sembunyi,
sedikit saja yang pergi dengan terang- terangan.
Selang
dua bulan lebih beberapa hari setelah bai’at Aqabah kedua, akhirnya tidak ada
kaum muslimin yang tersisa kecuali Rasulullah Saw, Abu Bakar dan Ali bin Thalib
ra serta mereka yang ditahan oleh kaum musyrikin.
Sementara
itu, Rasulullah Saw tengah menunggu- nunggu saat- saat Allah mengizinkannya
berhijrah. Abu Bakar yang saat itu telah bersiap- siap untuk hijrah, diminta
Rasulullah Saw untuk ikut menemaninya.
Parlemen
Quraisy (Darunnadwah)
Setelah
mengetahui kepergian para sahabat Rasulullah Saw ke Madinah, kaum kafir Quraisy mengalami kekalutan. Baying-
baying bahaya besar ada di depan mereka dan merasa bahwa keberadaan mereka secara
ideologis dan ekonomi sangat terancam sebab mereka tahu betul pengaruh
Rasulullah Saw terhadap para sahabatnya untuk membela dan memperjuangkan
aqidahnya, apalagi jika dengan kekuatan kaum muslimin Madinah yang kini telah
bersatu setelah sekian lama dilanda pertikaian antara suku.
Di
sisi lain, letak kota Madinah sangat strategis. Kota tersebut merupakan tempat
lalu lalang kafilah dagang dari Yaman ke Syam. Saat itu penduduk Mekkah biasa
melakukan perjalanan bisnis ke negeri Syam dengan nilai perdagangan yang sangat
tinggi. Dan semua itu sangat tergantung dengan kondisi keamanan di jalur
tersebut.
Bertitik
tolak dari hal itu, para pembesar Quraisy sepakat berkumpul untuk membicarakan
cara paling efektif untuk menghadapi bahaya tersebut.
Maka
pada hari kamis 26 Shafar tahun 14 kenabian, diadakan pertemuan yang paling
penting dalam sejarah suku Quraisy di Daarunnadwah, tempat yang biasa mereka
pergunakan untuk bermusyawarah membicarakan masalah- masalah penting di tengah
masyarakat.
Pada
pertemuan tersebut, semua utusan dari suku- suku Qurasy berupaya memadamkan
cahaya dakwah yang dibawa Rasulullah Saw. Hadir pula dalam pertemuan tersebut,
seorang tua yang mengaku dirinya sebagai orang tua dari Nadj, sebenarnya dia
adalah setan yang menyerupai manusia.
Setelah
berembuk sekian lama, akhirnya mereka sampai pada kesepakatan untuk membunuh
Rasulullah Saw. Kesepakatan itu diambil setelah Abu Jahal menyampaikan pendapat
tersebut; dengan cara setiap suku mengirimkan seorang pemudanya yang gagah
perkasa serta dibekali sebilah pedang yang tajam. Kemudian mereka diperintahkan
secara bersama membunuh Rasulullah Saw.
Pendapat
inilah yang akhirnya disepakati, dan ternyata dikuatkan oleh orang tua dari
Nadj tadi.
Sumber
: Kitab Ar-Rahiqul-Makhtum