![]() |
kisah para nabi |
Hamzah
Masuk Islam
Ditengah
suasana yang masih penuh intimidasi dan tekanan dari orang kafir Quraisy
terhadap kaum muslimin, munculah secerah harapan, yaitu masuk islamnya Hamzah
bin Abdul Muthalib ra paman Rasulullah, pada akhir tahun ke-6 kenabian.
Hamzah
masuk islam setelah mendengar berita perlakuan Abu Jahal yang telah menganiaya
Rasulullah Saw dengan memukulkan sebuah batu ke kepala beliau hingga
mengucurkan darah.
Segera
saja Hamzah lelaki gagah dan terpandang di suku Quraisy yang saat itu baru saja
pulang berburu, menemui Abu jahal untuk menuntut balas atas perlakuan kasar
tersebut.
“
wahai Abu Jahal, kamulah yang telah menghina keponakanku padahal aku sudah
masuk agamanya?”,
Kemudian
Abu Jahal dipukulnya dengan busur hingga terluka hampir saja terjadi
perkelahian missal, karena keluarga
kedua belah pihak ingin ikut campur. Namun Abu Jahal segera menghentikan hal
tersebut seraya mengakui bahwa dia telah bersikap buruk terhadap Rasulullah
Saw.
Umar
bin Khattab ra Masuk Islam
Secerah
carahaya yang lain juga muncul dengan masuk islamnya Umar bin Khattab ra juga
pada tahun ke-6 kenabian, tiga hari setelah masuk islamnya Hamzah bin Abdul
Muthalib.
Sebelumnya,
Rasulullah Saw memang pernah memohon kepada Allah Ta’ala agar dia masuk islam,
dengan doanya:
![]() |
kisah para nabi |
“ Ya
Allah, muliakanlah islam dengan salah seorang dari dua orang yang lebih Engkau
cintai; Umar bin Khattab atau Abu Jahal bin Hisyam”
Ternyata
yang lebih Allah cintai dari keduanya adalah Umat bin Khattab ra.
Kisah
Masuk Islamnya Umar bin Khattab ra.
Umar
bin Khattab ra terkenal sebagai orang yang berwatak keras dan bertubuh tegap. Sering
kali pada awalanya (sebelum masuk islam) kaum muslimin mendapatkan perlakuan
kasar darinya. Sebenarnya di dalam hati Umar sering berkecamuk perasaan-
perasaan yang berlawanan, antara pengagungannya terhadap ajaran nenek moyang,
kesenangan terhadapa hiburan dan mabuk- mabukan dengan kekagumannya terhadapa
ketabahan kaum muslimin serta bisikan hatinya bahwa boleh jadi apa yang di bawa
oleh islam itu lebih mulia dan lebih baik.
Sampailah
kemdian suatu hari, beliau berjalan dengan pedang terhunus untuk segera
menghabisi Rasulullah Saw. Namun di tengah jalan, beliau dihadang oleh Abdullah
an- Nahham al- ‘Adawi seraya bertanya:
“
Hendak kemana engkau ya Umar?”,
“
Aku hendak membunuh Muhammad”, jawabnya.
“
Apakah engkau akan aman dari Bani Hasyim dan Bani Zuhroh jika engkau membunuh
Muhammad?”,
“
Jangan- jangan engkau sudah murtad dan meninggalkan agama asalmu?”. Tanya Umar.
“
Maukah engkau ku tunjukkan yang lebih mengagetkan dari itu wahai Umar,
sesungguhnya saudara perempuanmu dan iparmu telah murtad dan telah meninggalkan
agamamu”, kata Abdullah.
Setelah
mendengar hal tersebut, Umar langsung menuju ke rumah adiknya. Saat itu di
dalam rumah tersebut terdapat Khabbab bin Art yang sedang mengajarkan al- Quran
kepada keduanya (Fatimah, saudara perempuan Umar dan suaminya). Namun ketika
Khabbab merasakan kedatangan Umar, dia segera bersembunyi di balik rumah. Sementara
Fatimah, segera menutupi lembaran al- Quran.
Sebelum
masuk rumah, rupanya Umar telah mendengar bacaan Khabbab, lalu dia bertanya:
“Suara
apakah yang tadi saya dengar dari kalian?”,
“Tidak
ada suara apa- apa kecuali obrolan kami berdua saja”, jawab mereka
“Pasti
kalian telah murtad”, kata Umar dengan geram
“Wahai
Umar, bagaimana pendapatmu jika kebenaran bukan berada pada agamamu?”, jawab ipar Umar.
Mendengar
jawaban tersebut, Umar langsung menendangnya dengan keras hingga jatuh dan
berdarah. Fatimah segera membangunkan suaminya yang berlumuran darah, namun
Fatimah pun ditampar dengan keras hingga wajahnya berdarah, maka berkatalah
Fatimah kepada Umar dengan penuh amarah:
“
Wahai Umar, jika kebenaran bukan terdapat pada agamamu, maka aku bersaksi bahwa
tiada Tuhan yang disembah (ilah) selain Allah dan aku bersaksi bahwa Nabi
Muhammad adalah Rasulullah”
Melihat
keadaan saudara perempuannya dalam keadaan berdarah, timbul penyesalan dan rasa
malu di hati Umar. Lalu dia meminta lembaran al- Quran tersebut. namun Fatimah
menolaknya seraya mengatakan bahwa Umar najis, dan al- Quran tidak boleh
disentuh kecuali oleh orang- oang yang telah bersuci. Fatimah memerintahkan
Umar untuk mandi jika ingin menyentuh mushaf tersebut dan Umar pun menurutinya.
Setelah
mandi, Umar membaca lembaran tersebut, lalu membaca: Bismillahirrahmanirrahim.
Kemudian dia berkomentar.
“
Ini adalah nama- nama yang indah nan suci”
Kemudian
beliau terus membaca:
![]() |
kisah para nabi |
“Sesungguhnya
Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah aku
dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”
(QS.Thaha:
14)
Beliau
berkata:
“Betapa
indah dan mulianya ucapan ini. Tunjukkan padaku di mana Muhammad”.
Mendengar
ucapan tersebut, Khabbab bin Art kelur dari balik rumah, seraya berkata: “ Bergembiralah
wahai Umar, saya berharap bahwa doa Rasulullah Saw pada malam Kamis lalu adalah
untukmu, beliau Saw berdoa:
“Ya
Allah, muliakanlah islam dengan salah seorang dari dua orang yang lebih Engkau
cintai; Umar bin Khattab atau Abu Jahal bin Hisyam”. Rasulullah Saw sekarang
berada di sebuah rumah di kaki bukit shafa”.
Umar
bergegas menuju rumah tersebut seraaya membawa pedangnya. Tiba di sana dia
mengetuk pintu. Seseorang yang berada di dalamnya, berupaya mengintipnya lewat
celah pintu, dilihatnya Umar bin Khattab datang dengan garang bersama
pedangnya. Segera dia beritahu Rasulullah Saw, dan merekapun berkumpul. Hamzah
bertanya:
“
Ada apa ?”
“Umar
?!, bukakan puntu untuknya, jika dia datang membawa kebaikan, kita sambut. Tapi
jika dia datang membawa keburukan, kita bunuh dia dengan pedangnya sendiri”.
Rasulullah
Saw memberi isyarat agat Hamzah menemui Umar. Lalu Hamzah segera menemui Umar,
dan membawanya menemui Rasulullah Saw. Kemudian Rasulullah saw memegang baju
dan gagang pedangnya, lalu ditariknya dengan keras, seraya berkata:
“Engkau
wahai Umar, akankah engkau terus begini hingga kehinaan dan azab Allah
diturunkan kepadamu sebagaimana yang dialami oleh Walid bin Mughirah?, Ya Allah
inilah Umar bin Khattab, Ya Allah,
kokohkanlah islan dengan Umar bin Khattab”.
Maka
berkatalah Umar:
“Aku
bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang disembah selain Allah, dan Engkau adalah
Rasulullah”.
Kesaksian
Umar tersebut disambut gema takbir oleh orang – orang yang berada di dalam
rumah saat itu, hingga suaranya terdengar ke Masjidil Haram.
Masuk
islamnya Umar menimbulkan kegemparan di kalangan orang- orang musyrik,
sebalikanya disambut suka cita oleh kaum muslimin.
Ibnu
Mas’ud berkata:
“
Kami dahulu tidak ada yang berani shalat di depan Ka’bah hingga Umar masuk
islam”.
Utusan
Kafir Quraisy Menghadap Rasulullah Saw
Setelah
Hamzah dan Umar bin Khattab ra masuk islam, serta jumlah kaum muslimin semakin
banyak, orang kafir Quraisy semakin kalang kabut, upaya mereka untuk
menghalangi dakwah Rasulullah Saw semakin kehilangan arah.
Salah
satu bentuknya adalah upaya mereka dengan mengutus Utbah bin Rabi’ah menghadap
Rasulullah Saw untuk menawarkan beberapa tawaran yang menurut mereka dapat
menghentikan dakwah beliau.
Utbah
yang dikenal dengan panggilan Abu Walid, menyampaikan tawaran tersebut kepada
Rasulullah Saw yaitu, jika Rasulullah
Saw menginginkan harta yang banyak maka mereka akan memberikan kepadanya
sehingga Rasulullah Saw mejadi orang yang paling kaya raya di antara mereka,
dan jika Rasulullah menginginkan kekuasaan, maka mereka akan menjadikan beliau
penguasa di antara mereka, namun dengan syarat beliau menghentikan dakwahnya.
Setelah
mendengat tawaran yang disampaikan Abu Walid hingga tuntas, Rasulullah Saw
membaca ayat:
“
Haa miim. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab
yang dijelaskan ayat- ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang
mengetahui. Yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi
kebanyakan mereka berpaling (daripadanya); maka mereka tidak mau mengengarkan. Mereka
berkata: Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami
kepadanya….”
(QS.
Fushshilat:1-5)
Akhirnya
Abdul Walid kembali menemui kaumnya dengan membawa kegagalan, bahkan justru dia
terkagum- kagum dengan ayat- ayat yang telah dibaca Rasulullah Saw, sehinga
kaumnya menuduh Rasulullah Saw telah menyihirnya.
Sumber
: Kitab Ar-Rahiqul-Makhtum