kisah nabi muhammad saw |
Apa
kabar semua para sahabat kejasroh diseluruh dunia. Kami barharap seperti
biasanya kalian sehat selalu agar bisa berkunjung ke blog kami. Mari kita
lanjutkan cerita sebelumnya. Selamat menyimak ceritanya.
Perjanjian
Islam
Kemudian,
Rasulullah Saw mengadakan perjanjian antar sesama muslim. Ada 16 butir isi
perjanjian, yang secara umum berisi tentang perintah untuk bersatu dan saling
tolong menolong larangan menzalimi, menjaga kehormatan, jiwa dan menjadikan
Allah serta Rasul-Nya sebagai rujukan dari semua perselisihan antara mereka.
Dengan
adanya perjanjian tersebut, kekuatan sendi- sendi masyarakat semakin kokoh.
Bahkan tidak hanya sampai disini Rasulullah Saw juga mendidik para sahabat agar
menjadi pribadi- pribadi mu’min yang berkualitas, berjiwa suci, berakhlak
mulia, menanamkan kasih sayang, bersaudara, beribadah dan taat kepada Allah
Ta’ala.
Ketika
salah seorang sahabat bertanya kepadanya: “ Islam apa yang paling baik?”,
Rasulullah Saw menjawab:
kisah nabi muhammad saw |
" Engkau memberi makan (orang tua) serta mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenal dan yang tidak engkau kenal"
kisah nabi muhammad saw |
“
Wahai manusia, tebarkanlah salam, berilah makan, sambunglah silaturahmi,
shalatlah di waktu malam ketika orang lain tidur, kalian akan masuk syurga
dengan tentram”
Dan
diantara sabdanya juga:
kisah nabi muhammad saw |
“ Tidak masuk syurga orang yang tetanggannya
tidak aman dari kejahatannya”
kisah nabi muhammad saw |
“
Orang muslim adalah orang yang orang- orang muslim (lainnya) selamat dari lisan
dan tangannya”
“
TIdaklah beriman seorang di antara kalian sebelum dia mencintai saudaranya
sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri”
“
Antar mu’min yang satu dengan mu’min lainnya, bagaikan bangunan satu sama lain
saling menguatkan”
Dan
masih banyak hadits- hadits Rasulullah Saw lainnya yang besar pengaruhnya dalam
menciptakan pola hubungan yang baik di tengah masyarakat muslim. Sehingga
masyarakat pada zaman sahabat dikenal sebagai contoh masyarakat yang ideal dan
menjadi panutan sepanjang sejarah.
Di
sisi lain, kebpribadian Rasulullah Saw sebagai pemimpin yang sangat agung,
berwibawa dan berakhlak mulia, sangat besar perannya dalam mengarahkan
masyarakat baru Madinah yang mampu mengatasi berbagai rintangan ke depannya.
Perjanjian
Dengan Kaum Yahudi
Keberadaan
kaum Yahudi sebagai bagian masyarakat Madinah tidak dapat dipungkiri. Walaupun
mereka membenci islam dalam dirinya, tapi sampai saat itu, mereka tidak
menampakan permusuhan. Karena itu, Rasulullah Saw merasa perlu mengadakan
perjanjian dengan mereka untuk semakin menguatkan sendi- sendi masyarakat
Madinah.
Inti
dari perjanjian tersebut adalah, saling menjaga keamanan bersama, saling
menasihati, saling membantu, saling membela dalam serangan musuh, menghormati
kepercayaannya masing- masing dan tidak boleh saling menyerang atau memusuhi,
dan jika ada pertikaian di antara mereka, maka rujukannya adalah Allah Ta’ala
dan Rasul-Nya.
Dengan
demikian, lengkaplah sudah, Rasulullah Saw telah membentuk satu masyarakat yang
tertata sedemikian rupa sehingga memenuhi syarat untuk dikatakan bahwa
masyarakat di Madinah ketika itu adalah sebuah Negara berdaulat dengan
kekuasaan yang sah dan Rasulullah Saw sebagai pemimpinnya.