cerita nabi |
Berdakwah
ke Thaif
Pada
tahun ke-10 kenabian, bulan syawwal, Rasulullah Saw di damping oleh Zaid bin
Haritsah berangkat menuju Thaif. Setiap kali beliau melewati suatu
perkampungan, beliau sampaikan dakwah Islam kepada mereka. Namun tidak ada
satupun yang menerimanya.
Setibanya
di Thaif, Rasulullah Saw menemui tokoh- tokoh Thaif untuk menyampaikan dakwah
Islam kepada mereka, namun mereka menolaknya mentah- mentah.
Rasulullah
Saw menetap di Thaif selama 10 hari, namun setiap kali dia mendatangi tokoh-
tokoh di kota tersebut, mereka justru mengusirnya. Bahkan lebih dari itu,
mereke memprovokasi masyarakat awam untuk menyerang Rasulullah Saw dan mencaci
makinya, bahkan mereke mengejar- ngejar dan menimpuki Rasulullah Saw hingga
kaki beliau berdarah- darah. Sementara itu Zaid bin Haritsah terluka di
kepalanya. Mereka baru berhenti mengejarnya setelah keduanya berlindung di
kebun milik ‘Utbah dan Syaibah anak Rabi’ah, sekitar 3 mil dari kota Thaif.
Rasulullah
Saw mendekati pohon anggur dan duduk di bawah naungannya. Di sana beliau
mengadukan segala kegundahan dan kesedihan yang dialaminya:
cerita nabi |
“Ya
Allah, kepadamu aku mengadukan kelemahanku, kurangnya siasatku dan kehinaanku
di hadapan manusia. Wahai yang Paling Pengasih dari pemilik kasih. Engkau
adalah Tuhan bagi orang- orang lemah, Engkaulah Tuhan-ku, kepada siapa engkau
akan serahkan aku?, kepada yang jauh nan bermuka masam?, atau kepada musuh yang
akan menguasai urusanku?. Asal Engkau tidak murka kepadaku, maka aku tidak
peduli (terhadap apa yang menimpaku), namun ampunanmu lebih luas (lebih
kuharapkan) untukku, Aku berlindung dengan cahaya Wajah-Mu yang karenanya
kegelapan menjadi terang benderang, dan urusan dunia dan akhirat menjadi baik,
agar Engkau tidak menurunkan kemarahan-Mu kepadaku, atau murka kepadaku.
Engkau-lah yang berhak menegurku hingga Engkau rela dan tidak ada daya dan
kekuatan selain dengan-Mu”
Melihat
keadaan Rasulullah Saw dan Zaid, timbul rasa kasihan pada diri kedua anak
Rabi’ah. Lalu mereka panggil budaknya bernama Addas yang beragama Nasrani untuk
memetikkan setangkai anggur dan memberikannya kepada Rasulullah Saw. Addas
memetiknya lalu memberikan kepadanya. Rasulullah Saw menerimanya, lalu membaca
Bismillah sebelum memakannya.
Mendengar
bacaan bassmallah, Addas
berkomentar:
“
Itu adalah ucapan yang bukan berasal dari penduduk negeri ini”.
“ Dari
negeri mana kamu? Dan apa agamamu?”, Tanya
Rasulullah Saw kepada Addas.
“
Saya dari negeri Ninu” Jawabnya.
“
Itu adalah kampung seorang laki- laki yang shaleh; Yunus bin Matta”, kata Rasulullah Saw.
“
Dari mana kamu tahu tentang Yunus bin Matta?” tanya Addas keheranan.
“
Dia adalah saudaraku, Dia dahulu seorang nabi dan akupun seorang Nabi” Jawab Rasulullah Saw.
Langsung
saja Addas mencium kepala Rasulullah Saw, juga kedua tangannya dan kakinya.
Addas
segera mendatangi kedua tuannya dengan tergopoh- gopoh.
“
Ada apa? “, tuannya
keheranan.
“ Ya
tuanku, tidak ada di atas muka bumi ini orang yang lebih baik dari dia. Dia
telah menyampaikan kepada saya perkara yang hanya diketahui oleh seorang nabi”,
kata Addas.
“
Celaka engkau Addas, jangan kau tinggalkan agamamu, agamamu lebih baik dari
agama orang itu”, bentak tuannya.
Dengan
kesedihan yang mandalam Rasulullah Saw kembali menuju Mekkah. Di tengah
perjalanan, Allah Ta’ala mengutus malaikat jibril bersama malaikat gunung yang
siap menunggu perintah Rasulullah Saw untuk membalikkan kedua gunung di Mekkah
agar ditimpakan kepada penduduk Mekkah.
Namun
Rasulullah Saw hanya menjawab:
cerita nabi |
“
Justru saya berharap, Allah mengeluarkan dari tulang rusuk mereka, keturunan
yang menyembah Allah Azza wa Jalla semata dan tidak menyekutukan-Nya”
Akhirnya
Rasulullah Saw kembali ke Mekkah dengan mendapatkan perlindungan dari al-
Muth’im bin ‘Adi.
Demikian
ketabahan Rasulullah Saw dalam berdakwah. Perlakuan buruk dan kasar tidak
menjadikannya dendam dan mengharapkan kehancuran bagi umatnya.
Menawarkan
Islam ke Setiap Suku dan Perorangan
Pada
bulan DzulQaidah tahun ke-10 kenabian Rasulullah Saw kembali ke Mekkah dan
bersiap- siap mendakwahkan Islam ke setiap suku dan orang perorang, karena
sebentar lagi akan datang musim haji di mana banyak orang yang berdatangan ke
Mekkah dari berbagai penjuru untuk menunaikan haji.
Dakwah
Rasulullah Saw kepada setiap suku mengalami penolakan total. Namun dakwah ke
perorangan, sebagiannya mendapat sambutan yang baik. Beberapa orang langsung
menyatakan keimanannya, di antaranya adalah Abu Dzar al- Ghifari ra.
Enam
Orang Pelopor dari Madinah
Pada
musim haji tahun ke-11 kenabian, dakwah Islam menemukan bibit- bibit yang baik,
saat itu Rasulullah Saw berhasil mendakwahkan enam orang pemuda Yastrib (Madinah),
yang berasal dari suku Khazraj, mereka adalah:
- As’ad bin Zurarah
- Auf bin al Harits bin Rifa’ah, Ibn ‘Afra’
- Rafi’ bin Malik bin ‘Ajlan
- Quthbah bin ‘Amir bin Hadidah
- ‘Uqbah bin ‘Amir bin Naby
- Jabir bin Abdullah bin Ri’ab
Setelah
Rasulullah Saw menyampaikan hakikat dan dakwah Islam serta membacakan Al-
Quran, mereka pun menerimanya. Terlebih lagi mereka mengetahui dari orang
yahudi akan kedatangan nabi baru di zaman ini dan mereka akan memeranginya
sebagaimana peperangan terhadap ‘Ad dan Tsamud.
Disamping,
para pemuda itu sudah muak dengan peperangan yang tak pernah henti antara
penduduk Madinah. Mereka berharap Rasulullah Saw dapat menyatukan mereka
sehingga tidak ada lagi pertikaian dan peperangan.
Setelah
itu mereka kembali ke Madinah dan mendakwahkan ajaran Islam kepada penduduk
Madinah, sehingga tidak ada lagi yang tersisa di rumah- rumah Anshar kecuali di
dalamnya disebut- sebut nama Rasulullah Saw.
Pernikahan
Rasulullah Saw dengan Aisyah radhiallahuanha
Pada
bulan syawal tahun kesebelas kenabian, Rasulullah Saw menikahi Aisyah
radhiallahuanha saat dia berusia 6 tahun, namun baru dicampuri di Madinah pada
bulan syawal tahun ke-1 Hijriah saat Aisyah radhiallahuanha berusia 9 tahun.