kisah nabi muhammad saw |
Tidak
terasa sekali kami dapat bertemu kembali dengan sahabat kejasroh. Seperti
biasanya kami akan menyajikan kisah baginda Rasul untuk melanjutkan cerita
sebelumnya. Pasti kalian semua sudah menanti- nantikan. Tenang saja kini kami
akan sajikan untuk kalian semua. Selamat menyimak kisahnya.
Membangun
Masjid
Langkah
pertama yang dilakukan Rasulullah saw adalah membangun masjid Nabawi. Lokasinya
diambil di tempat berdekamnya onta Rasulullah Saw saat pertama kali tiba di
Madinah. Tanah tersebut dibeli dari dua orang anak yatim.
Pembangunan
masjid dimulai, dan Rasulullah saw terlibat langsung di dalamnya, beliau
mengangkat batu bata, seraya melantunkan bait:
kisah nabi muhammad saw |
“ Ya
Allah, tidak ada kehidupan selain kehidupan akhirat
Ampunilah
orang- orang Anshar dan Muhajirin”
Hal
tersebut tentu saja menambah semangat para sahabat untuk bekerja.
Kiblat
masjid menghadap ke Baitul Maqdis (sebelum kiblatnya dirubah ke Masjidil
Haram). Kedua sisinya dibuat dari batu sementara dinding masjid terbuat dari
bata dan tanah. Sedang atapnya dari pelepah kurma dan tiangnya dari pangkal
pohon kurma, sedang lantainya dihamparkan batu kerikil dan pasir. Pintunya ada
tiga. Panjang masjid dari kiblat hingga belakang kurang lebih seratus hasta,
begitu juga lebarnya. Pondasinya sekitar tiga hasta.
Selesai
membangun masjid, Rasulullah saw membangun perumahan untuk isteri- isterinya,
yang terbuat dari tanah liat dengan atap pelepah kurma. Kemudian beliau pindah
dari rumah Abu Ayub al- Anshari.
Masjid
Nabawi pada saat itu, selain sebagai tempat shalat, juga merupakan tempat
berkumpul kaum muslimin untuk membicarakan berbagai hal penting dan menyelesaikan
berbagai perkara di antara mereka. Selain itu, berfungsi juga sebagai tempat
tinggal bagi kalangan Muhajirin yang tidak mendapatkan tempat tinggal atau
sanak saudara di Madinah.
Mempersaudarakan
Kaum Muslimin
Langkah
Rasulullah saw berikutnya adalah mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar.
Hal tersebut terjadi di rumah Anas bin Malik. Saat itu berkumpul Sembilan puluh
orang, sebagian dari kalangan Anshar, dan sebagian lagi dari kalangan
Muhajirin. Lalu Rasulullah saw mempersaudarakan mereka satu persatu, untuk
saling menolong dan saling mewarisi. Hingga kemudian Allah menurunkan ayatnya:
kisah nabi muhammad saw |
“
Orang- orang yang mempunyai hubungan
kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan
kerabatnya)” (QS. Al-Anfal:75)
Maka
setelah itu, waris hanya diberikan kepada kerabat, namun persaudaraan mereka
tetap berlaku.
Persaudaraan
tersebut benar- benar diwujudkan oleh kaum muslimin dengan kesungguhan. Orang-
orang Anshar sangat besar perhatiannya terhadap saudara- saudaranya dari
kalangan Muhajirin. Mereka sangat mengasihi saudaranya, mengorbankan hartanya,
bahkan lebih mementingkan saudaranya walaupun mereka sendiri kesusahan (itsar).
Sementara kaum Muhajirin menerimanya dengan sewajarnya, tidak menjadikannya
sebagai kesempatan yang berlebih- lebihan.
Diriwayatkan
bahwa Rasulullah saw mempersaudarakan antara Abdurrahman bin Auf dan sa’ad bin
Rabi’.
Sa’ad
berkata:
“
Saya orang Anshar yang kaya, saya akan bagi dua harta saya, dan saya memiliki dua isteri, yang mana yang kamu
suka, sebutkan saja, saya akan menceraikannya dan jika telah selesai iddahnya,
nikahilah”.
Namun
dengan santun Abdurrahman bin ‘Auf
menjawab:
“
semoga Allah memberkahimu, keluargamu dan hartamu, mohon tunjukkan kepada saya
dimana pasar Madinah?”.
Lalu
Sa’ad menunjukkan kepadanya pasar Bani Qainuqa untuk melakukan kegiatan perdagangan di sana, dan tak beberapa lama
dia sudah dapat menghasilkan keuntungan yang besar.
Tindakan
mempersaudarakan ini sangat efektif dalam mengatasi problem kesenjangan sosial
antara kaum Muhajirin dan Anshar.
Sumber
: Kitab Ar-Rahiqul-Makhtum