kisah kisah nabi |
Soal
Tawaran Perang
Mengenai
kaum musyrikin yang menjadi tawanan perang, Rasulullah Saw meminta pendapat Abu
Bakar dan Umar bin Khattab ra. Abu Bakar berpendapat agar mereka memberikan
tebusan untuk kebebasan mereka, sedangkan Umar berpendapat agar mereka semuanya
dibunuh saja. Akhirnya Rasulullah Saw lebih condong kepada pendapat Abu Bakar.
Maka
setiap tawanan diperintahkan untuk membayar empat ribu dirham sebagai
tebusannya. Sedangkan mereka yang tidak memiliki harta, sebagai tebusannya
diperintahkan untuk mengajarkan kaum muslimin baca tulis hingga mampu.
Namun
demikian, keputusan yang Allah kehendaki sebenarnya adalah apa yang disampaikan
oleh Umar bin Khattab. Maka keesokan harinya Allah turunkan ayat yang menegur
keputusan tersebut, sebagaimana firman-Nya:
kisah kisah nabi |
“
Tidak patut, bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan
musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah
menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Kalau sekiranya tidak ada ketetapan yang terdahulu dari Allah, niscaya kamu
ditimpa siksaan yang besar karena tebusan yang kamu ambil” (QS. Al-Anfal:
67-68)
Kisah
tentang perang badar ini banyak Allah kisahkan dalam surat al-Anfal.
Pengaruh
Perang Badar
Kemengangan
kaum muslimin di sisi lain, menimbulkan sikap permusuhan di berbagai kalangan:
Kaum
musyrikin Mekkah, menyatakan
secara terang- terangan kesiapan mereka untuk membalas kekalahan pada perang
badar.
Kelompok
Yahudi, secara terang- terangan menampakkan
kebencian terhadap kaum muslimin, meskipun mereka telah terikat perjanjian
dengan kaum muslimin.
Kaum
Munafiq, yaitu kelompok yang berpura- pura
masuk islam padahal sebenarnya mereka membenci dan memusuhi islam, mereka tidak
kalah berbahaya dari yang lain.
Kelompok
masyarakat Badui, yang belum
masuk islam, yang merasa khawatir dengan kemenangan islam akan membuat mereka
tidak banyak berkutik untuk untuk menjarah barang- barang dagangan para
saudagar yang lewat di kampung- kampung mereka.
Sumber
: Kitab Ar-Rahiqul-Makhtum