sejarah nabi muhammad saw |
Setahun
sudah kaum musyrikin Mekkah mempersiapkan segala sesuatu untuk menuntut dendam kesumat
mereka terhadap kaum muslimin di Madinah. Mereka menggalang kekuatan besar-
besaran dan membuka pintu selebar- lebarnya bagi siapa saja yang ingin
menyumbang dalam upaya tersebut. Mereka menyambutnya dengan penuh antusias,
sehingga terkumpul seribu onta dan uang sebanyak lima puluh ribu dinar.
Dalam
pada itulah Allah turunkan ayat-Nya:
sejarah nabi muhammad saw |
“
Sesungguhnya orang- orang yang kafir itu, menafkahkan harta mereka untuk
menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu,
kemudian menjadi sesalan bagi mereka dan mereka akan dikalahkan” (QS. Al-Anfal
:36)
Setelah
segala persiapan telah final, kaum musyrikin berhasil mengumpulkan 3000 pasukan
dari suku Quraisy dan sekutu- sekutunya. Bahkan mereka juga menyertakan pula
kaum wanita sebanyak 15 orang agar pasukannya berperang sampai mati demi
menjaga martabatnya. Sementara itu hewan tunggangan yang tersedia berjumlah
3000 onta dan 200 kuda ditambah 700 baju besi.
Komando
umum di pegang oleh Sufyan bin Harb, komandan pengunggang kuda dipegang oleh
Khalid bin Walid yang dibantu oleh Ikrimah bin Abu Jahal. Sedang bendera
dipegang ileh Bani Abduddar.
Pasukan
Quraisy mulai bergerak menuju Madinah.
Sementara
itu, di Madinah, Rasulullah Saw menerima berita rinci tentang keadaan pasukan
Quraisy dari pamannya; Abbas yang mengirim utusannya ke Madinah. Penduduk
Madinah diperintahkan bersiaga penuh. Kaum laki- lakinya selalu menyandang
senjata walaupun mereka sedang shalat.
Pasukan
Quraisy semakin mendekati kota Madinah, hingga akhirnya mereka singgah disebuah
tempat dekat Jabal Uhud.
Di
Madinah Rasulullah Saw berembuk dengan para sahabatnya tentang bagaimana cara
menangkis serbuan Kafir Quraisy tersebut.
Majelis
Musyawarah
Menghadapi
kondisi yang genting tersebut, Rasulullah Saw mengajak para sahabat terpilih
untuk bermusyawarah.
Pada
awalnya Rasulullah Saw menawarkan agar kaum muslimin bertahan di Madinah,
dengan tujuan jika kaum musyrikin masuk menyerbu, langsung dihalau oleh kaum
muslimin dari balik- balik lorong dan kaum wanita dari atas rumah. Pendapat ini
langsung disetujui oleh Abdullah bin Ubay bin Salul sebagai gembong munafiq
yang saat itu hadir sebagai tokoh dari kaum Khazraj, namun persetujuannya bukan
karena strategi perang, tapi lebih karena keinginannya untuk tidak ikut dalam
peperangan dan tidak diketahui oleh kaum muslimin.
Akan
tetapi sejumlah sahabat mengusulkan agar kaum muslimin keluar kota Madinah
menghadapi pasukan kafir Quraisy, sekaligus untuk membuktikan bahwa mereka
bukan kaum pengecut.
Rasulullah
Saw akhirnya menerima usulan tersebut dan segera menyerukan kaum muslimin untuk
bersiap- siap menghadapi pertempuran. Sebagai tanda kesiapannya, beliau
Rasulullah Saw mengenakan baju besi dan melengkapinya dengan senjata.
Para
sahabat yang tadinya setengah memaksa Rasulullah Saw keluar kota Madinah agak
sungkan dan merasa menyesal atas desakan mereka. Namun dengan tegas Rasulullah
Saw menjawab:
“
Pantang bagi seorang Nabi yang telah mengenakan baju perang, menganggalkannya
kembali hingga ketentuan Allah ditetapkan antara dia dengan musuhnya”
Pasukan
kaum muslimin terdiri dari 1000 orang, 100 orang di antarannya mengenakan baju
perang, dan 500 pasukan berkuda.
Abdullah
bin Umi Maktum diperintahkan menjaga kota Madinah sekaligus memimpin shalat
orang- orang yang masih tinggal di Madinah.
Pembelotan
Abdullah bin Ubay dan Konco- Konconya
Di tengah
perjalanan ketika musuh sudah dekat dan
mereka dapat saling memandang, Abdullah bin Ubay melakukan pembelotan. Dia bersama
300 orang pasukan membelot mundur dari pertempuran dengan alasan bahwa
peperangan berarti membunuh diri sendiri, diapun mengungkit- ngungkit sikap
Rasulullah Saw yang menuruti pendapat selain dirinya.
Sebenarnya
yang diinginkan oleh orang- orang munafiq tersebut adalah terjadinya kekacauan
dan kebimbangan di kalangan pasukan kaum muslimin. Dan hampir saja ini terjadi,
namun Allah Ta’ala segera meneguhkan hati mereka untuk melanjutkan pertempuran.
sejarah nabi muhammad saw |
“
Ketika dua golongan dari padamu ingin (mundur) karena takut, padahal Allah
adalah penolong bagi kedua golongan itu. Karena itu hendaklah hanya kepada
Allah saja orang- orang mu’min bertawakkal” (QS. Ali Imran: 122)
Sedangkan
terhadap orang- orang munafiq Allah Ta’ala berfirman:
sejarah nabi muhammad saw |
“
Dan supaya Allah mengetahui siapa orang- orang munafiq. Kepada mereka
dikatakan: “Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (dirimu)”. Mereka
berkata: “Sekiranya kamu mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami
mengikuti kamu”. Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran dari pada
keimanan. Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam
hatinya. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan” (QS. Ali Imran
:167)
Rasulullah
Saw beserta pasukanya yang tinggal 700 orang meneruskan perjalanannya menuju
Gunung Uhud.
Sesampainya
di Uhud beliau segera menyiapkan pasukannya. Beliau memilih 50 pasukan pemanah
yang dipimpin oleh Abdullah bin Jubair al- Anshari untuk mengambil posisi di
sebuah bukit kecil yang kemudian dikenal sebagai Jabal Rumaat (Bukit pemanah),
berjarak sekitar 500 meter dari markas utama pasukan kaum muslimin. Tujuannya adalah
agar mereka melindungi kaum muslimin dan agar musuh tidak datang dari belakang
mereka. Rasulullah Saw berpesan kepada mereka agar jangan turun, apapun yang
terjadi, sebelum mendapat perintah darinya.
Sementara
itu sisa pasukan lainnya sebagian berada di sayap kanan dipimpin oleh Mundzir
bin Amr, sebagian lagi disayap kiri dipimpin oleh Zubair bin Awwam. Sedangkan barisan
terdepan dipilih prajurit-prajurit yang dikenal ketangguhannya dan
keberaniannya dalam berperang yang sebanding dengan jumlah 1000 orang.
Demikianlah
pasukan kaum muslimin telah siap bertempur pada hari sabtu pagi, 7 Syawwal 3 H.
Adapun
pasukan kaum musyrikin disusun dengan cara berbaris. Komandan utamanya Sufyan
bin Harb. Sayap kanan dipimpin oleh Khalid bin Walid yang ketika itu masih
musyrik. Sedangkan sayap kiri dipimpin oleh Ikrimah bin Abu Jahal.
Sementara
itu kaum wanita musyrikin ikut juga berpartisipasi dengan memberi semangat
pasukan. Mereka dipimpin oleh Hindun binti Utbah, isteri Abu Sufyan.
Memompa
Semangat Jihad
Sebelum
pertempuran, Rasulullah Saw memberikan arahan kepada pasukannya untuk bersabar
dan berjuang habis- habisan.
Lalu
beliau mengeluarkan pedangnya seraya berkata:
“
Siapa yang mengambil pedang ini dan memenuhi haknya?”
Beberapa
orang berebut untuk mengambilnya. Hingga kemudian Abu Dujanah seraya berkata:
“
Apa hak pedang tersebut ya Rasulullah?”
“
Engkau tebas wajah musuh dengannya hingga mereka tunduk”. Sabda beliau
“
Saya yang akan mengambilkan hak untuknya ya Rasulullah” Katanya dengan lantang.
Akhirnya
pedang tersebut diberikan kepadanya.
Abu
Dujanah terkenal pemberani, apabila sudah timbul amarahnya, maka dia memakai
ikat kepala merah di kepalanya. Jika demikian, maka orang- orang mengetahui, bahwa
dia akan berperang hingga mati.
Setelah
mengambil pedang tersebut dan mengikatkan tali merah dikepalanya, dia berjalan
di antara barisan dengan angkuh saat itu Rasulullah Saw bersabda:
“
Sesungguhnya itu adalah cara jalan yang dibenci Allah, kecuali dalam kondisi
seperti ini”.
Awal
Pertempuran
Pertempuran
diawali oleh duel tanding. Saat itu Thalhah bin Abi Thalhah al-Abdari dari
pasukan kaum musyrikin keluar menantang duel pasukan kaum muslimin. Dia terkenal
sebagai tentara paling berani dari Quraisy. Karena itu kaum muslimin menahan
diri hingga akhirnya keluar Zubair bin Awwam yang langsung lompat menyerangnya
bak seekor singa. Tak berapa lama kemudian Talhah tersungkur di tanah menemui
ajalnya.
Rasulullah
Saw dan kaum muslimin bertakbir menyambut kemenangan tersebut sambil bersabda:
“
Sesungguhnya setiap nabi memiliki Hawary (pengikut setia). Dan Hawary-ku adalah
Zubair”.
Setelah
pertarungan tersebut, peperangan mulai berkecamuk antara kedua belah pihak.
Pada
awalnya peperangan dikuasai oleh kaum muslimin, meskipun jumlah mereka sangat
sedikit. Pembawa panji- panji kaum musyrikin satu demi satu berguguran ditebas
oleh senjata kaum muslimin, hingga panji tersebut jatuh dan tidak ada yang memungutnya
kembali.
Di sisi
lain Abi Dujanah yang mendapat pedang Rasulullah Saw untuk ditunaikan hak-
haknya maju merangsek musuh dan membunuh siapa saja orang kafir yang
menghadangnya. Begitu pula dengan Hamzah bin Abdul Mutholib yang berperang
bagaikan singa lapar, menyerbu hingga di tengah- tengah pasukan kafir.
Tak ketinggalan,
regu pemanah memberikan andil besar dalam pertempuran, di mana mereka dapat
menahan laju pasukan kaum musyrikin yang dihujani oleh panah- panah kaum
muslimin dari atas bukit. Sesuatu yang tidak dikira sama sekali oleh musuh.
Secara
keseluruhan kaum muslimin berperang dengan semangat tempur yang tinggi dan
keimanan yang kuat, sehingga praktis mereka dapat menguasau pertempuran.
Terbunuhnya
Hamzah bin Abdul Muthalib
Namun
di tengah berkecamuknya perang. Musibah menimpa kaum muslimin. Yaitu terbunuhnya
singa Allah Hamzah bin Abdul Mutholin oleh seorang budak yang bernama Wahsyi
yang secara khusus diperintahkan tuannya untuk membunuhnya dengan janji
dimerdekakan.
Namun
demikian, kaum muslimin tetap dapat menjaga kesolidannya sehingga kaum
musyrikin sedikit demi sedikit terdesak dan banyak di antara mereka yang
berguguran.
Kesalahan
Fatal Regu Pemanah
Setelah
melihat pasukan musyrikin kocar kacir meninggalkan medan pertempuran dan
pasukan kaum muslimin mulai mengumpulkan ghanimah, regu pemanah lupa akan tugas
utamanya karena tergoda oleh harta dunia.
Merekapun
turun dari bukit tersebut untuk turut mengumpulkan ghanimah, padahal Rasulullah
Saw telah berpesan untuk tidak meninggalkan posisi mereka apapun yang terjadi
sebelum mendapat perintah darinya. Pemimpin merekapun Abdullah bin Jubair telah
memperingatkan untuk tidak melanggar perintah Rasulullah Saw. Namun cinta dunia
waktu itu telah menguasai diri sebagian pasukan. Maka turunlah 40 dari 50
pasukan untuk turut mengumpulkan ghanimah, sementara sisanya tetap bertahan di
tempat mematuhi komandannya.
Khalid
bin Walid Mengepung dari Belakang
Khalid
bin Walid, ketika menyaksikan kejadian tersebut, segera berjalan memutar
membawa sebagian pasukannya hingga berada di belakang pasukan kaum muslimin. Mereka
segera menghabisi pasukan pemanah
Abdullah bin Zubair dan sahabat- sahabatnya. Setelah itu mereka mendatangi
pasukan kaum muslimin dari belakang dengan berteriak sekeras- kerasnya.
Mendengar
suara tersebut, pasukan kaum musyrikin yang awalnya terdesak dan jatuh mental,
menjadi bangkit lagi semangatnya. Bendera kaum musyrikin segera diambil dan
diangkat, lalu mereka balik menyerbu kaum muslimin. Kini pasukan kaum muslimin
terkepung dari arah belakang dan depan, tidak ada pasukan pemanah yang
melindungi mereka.
Pasukan
kaum muslimin akhirnya kacau balau, banyak di antara mereka yang terdesak, lari
dari bukit- bukit, ada juga yang pulan ke Madinah.
Sumber
: Kitab Ar-Rahiqul-Makhtum